Takut Kalau Ingat Lagi Luka Batin
Bu Susi, saya nga mau ingat-ingat lagi luka batin saya, karena saya takut kebuka lagi. Kalau ingat-ingat lagi saya kan jadi sedih lagi.
Begitu kalimat yang diucapkan kenalan saya waktu ngobrol dengan dia dua minggu yang lalu.
Sebagai seorang hipnoterapis, tugasku seperti dokter yang membelek badan klien, dan bersama klien temukan lukanya. Ketika luka ditemukan akarnya, klien memberi obat terhadap lukanya sendiri dengan bimbingan terapis. Tentu saja dalam proses ini, klien pasti ingat lagi kejadian dan lukanya. Kalau klien tidak mau mengalami lagi kejadiannya dan merasakan lukanya, maka klien tentu akan sulit di bantu.
Setelah klien memberi obat pada luka batinnya dengan bantuan terapis, terapis kemudian memberi edukasi kepada pikiran bawah sadar klien. Ini namanya proses rekonstruksi. Setelah itu terapis menjahit untuk menutup kembali badan klien. Bayangannya seperti itu. Selanjutnya, terapis menguji hasil terapi pada saat itu juga. Kemudian di cek lagi minggu dan bulan selanjutnya.
Oleh karena itu, klien harus siap secara mental untuk ingat lagi kejadian dan luka batin yang telah terjadi sehingga ditemukan akar masalahnya agar terapi bisa berjalan dengan maksimal.
Pesanku kepada pembaca, rangkul luka batin yang ada. Jangan ditolak, ditekan atau dilupakan. Embrace our shadow and trauma. Dengan begitu, emosi yang menyertai, akan menjadi jauh berkurang bahkan dianggap biasa saja nantinya.
Jadi pertanyaanku sekarang: Beranikah menghadapi luka batin dan mengingat kembali kejadiannya?
Jawab di comment ya….
Love,
Susiana Samsoedin, M.Pd. CHt®