Stop Jadi Satpam

“Suami saya selingkuh Bu Susi.”
Begitu kalimat yang diucapkan klienku. Kemudian, aku bertanya. Anda tahu dari mana kalau suami anda berselingkuh? Klienku mengatakan kalau dia mengetahui suaminya selingkuh dari telpon genggam suaminya.
Kebiasaan memeriksa telpon genggam pasangan menandakan rasa insecure pada diri sendiri.
Rasa kurang percaya diri dan tidak berharga menyebabkan rasa insecure sehingga mendorong untuk mencari pembenaran dari pikiran bawah sadar. Hal ini yang mendorong orang untuk memeriksa telpon genggam pasangannya secara konsisten.
Kebiasaan ini membuat hukum tarik menarik bekerja sehingga apa yang dikhawatirkan terjadi. Pasangan ketahuan berselingkuh.
Point pemikiran yang mau aku sampaikan adalah: mau sampai kapan jadi satpam telpon genggam dengan memeriksa telpon genggam pasangan setiap hari? Stop doing that.
Hidup berpasangan dan berkeluarga harusnya tenang, dinikmati. Bukan curigaan terus.
Sebelum memutuskan menikah lebih baik kita sudah merasa nyaman dengan diri kita. Jadi tidak mengharapkan pasangan membuat diri bahagia.
Ketika sudah merasa nyaman, bahagia dengan diri, kehilangan pasangan karena perselingkuhan merupakan hal yang biasa saja sebagai bagian dari ketidak kekalan dalam hidup.
Kalau pasangan ternyata berselingkuh, move on. Tingkatkan kualitas diri. Bukan demi pasangan yang telah berselingkuh, tetapi demi diri sendiri. Gunakan rasa kecewa yang ada sebagai motivasi untuk berkembang lebih baik lagi.
Love yourself. You are worthy!
Susiana Samsoedin, M.Pd., CHt®
Note: untuk sesi terapi denganku, pembaca bisa menghubungi Rumah Insan Mulia di Pluit Jakarta https://www.instagram.com/rumahinsanmulia?utm_source=ig_web_button_share_sheet&igsh=ZDNlZDc0MzIxNw== atau House of Peace Green Garden Jakarta: https://www.instagram.com/houseofpeace.id?utm_source=ig_web_button_share_sheet&igsh=ZDNlZDc0MzIxNw==