Pelindung Anak
“Lari saja ga bisa, gimana sih!”
“Kamu seperti perempuan.”
Begitu kedua kalimat yang diungkapkan pikiran bawah sadar dua klienku di ruang terapi. Padahal kejadiannya sederhana, tapi ucapan di atas masuk langsung ke bawah sadar mereka ketika berumur 5-6 tahun sehingga menghambat karier mereka di masa depan. Aku ceritain ya

Akar Masalah Klien
Klienku, sebut saja Ati 30 tahun. Dalam proses hipnoterapi, pikiran bawah sadar memunculkan memori ketika Ati kecil berumur 5 tahun ada di ruang tamu tetangganya, dia sedang menghadiri pesta ulang tahun. Ati kecil memakai baju yang indah berwarna putih. Dia duduk bersama ibu dan teman-temannya.
Tiba-tiba, tuan rumah menghidangkan bihun goreng yang di oper ke semua tamu. Pertama, Ati kecil menolak karena dia tidak suka bihun. Kemudian, ibunya memaksa dia untuk makan. Ati kecil terpaksa memakannya. Sayangnya, Ati kecil muntah dan baju putih cantik yang dia pakai menjadi kotor terkena muntahan. Lebih lanjut, teman-teman yang melihat kejadian itu menertawakan Ati kecil. Ibu Ati diam saja. Ati kecil merasa sangat malu.
Selanjutnya, ada lagi kejadian di mana Ati kecil ditertawakan ketika lomba lari 17 Agustus, di mana Ati kecil diam saja ketika dia harus lari. Sementara, peserta lomba yang lainnya lari menuju garis finish. Di situ Ati kecil ditertawakan bahkan ayah Ati ikut menertawakannya dan mengatakan: Lari saja ga bisa, gimana sih! Kedua kejadian ini mengakibatkan Ati dewasa (30 tahun) tidak percaya diri berbicara di depan umum karena pikiran bawah sadar memunculkan rasa tidak percaya diri untuk mencegah Ati merasa malu.
Satu klienku lagi, Budi, laki-laki usia 50 tahun. Di ruang terapi, pikiran bawah sadar memunculkan kejadian waktu Budi 6 tahun jalan-jalan di dapur memperhatikan para wanita yang sedang memasak untuk persiapan imlek. Sang Nenek kemudian, menarik Budi, dan mengatakan: Kamu seperti perempuan. Akhirnya Budi merasa sedih dan malu sehingga dia naik ke lantai atas sendirian. Kejadian ini mengakibatkan Budi tidak percaya diri ketika presentasi di depan umum.
Orang Tua Sebagai Pelindung
Dari kasus ini aku jadi belajar. Orang tua atau kakek nenek sebagai figur otoritas yang lebih tinggi dari anak harus menjadi pelindung.
Ketika Ati kecil muntah dan ditertawakan oleh teman-temannya, Ibu harusnya memeluk, menghibur dan memastikan Ati kecil baik-baik saja bahkan langsung pamit pulang dan ganti baju. Ayah Ati kecil harusnya memeluk, menghibur bukan ikut menertawakan anaknya sendiri di depan banyak orang.
Selanjutnya, nenek Budi, harusnya tidak berkata kalau Budi seperti perempuan. Nenek Budi harusnya memanfaatkan rasa ingin tahu Budi dan mengajaknya membantu di dapur. Siapa tahu kelak Budi kecil menjadi chef handal ketika dewasa.
Sebagai pelindung, orang tua harus menjaga well being anak agar tidak terluka. Pastikan anak merasa aman dan dicintai. Isi selalu hati anak dengan cinta. Yuk, bisa yuk!
Love,
Susiana Samsoedin, M.Pd. CHt®