My Learning Journey,  September 2024

Cemas Hilang, Tenang Datang

Sumber Gambar: Liza Summer_pexel

Kali ini, aku mau cerita tentang pengalamanku di ruang terapi.

Klienku seorang wanita. Namanya sebut saja Nana. Usianya 47 tahun. Nana datang ke ruang terapi karena Nana ingin dibantu dalam mengatasi rasa cemas terhadap hutang-hutangnya yang banyak.

Aku cerita dulu ya tentang latar belakang Nana, klienku.

Ayah Nana sudah meninggal waktu Nana berumur 3 tahun. Sebelum ibu Nana meninggal, Nana membantu ibunya menjaga toko keluarga. Setelah ibu Nana meninggal, Nana diasuh oleh bibinya (auntie). Sedangkan kakak laki-lakinya (koko) diasuh oleh bibinya yang lain.

Nana sempat kuliah di jurusan akuntansi, namun tidak selesai. Sebelum Covid 19, Nana bekerja sebagai penjaga toko dan memiliki penghasilan tetap. Pasca Covid 19, toko tersebut tutup sehingga Nana kehilangan pekerjaanya.

Akhirnya, Nana bekerja sebagai peronce payet baju dari toko ke toko di Pasar Baru Jakarta. Pekerjaan meronce ini dilakukan di kamar kos. Penghasilan Nana per bulannya tidak stabil.

Alhasil, Nana memiliki banyak hutang untuk memenuhi kebutuhannya. Hutang yang dibayarkan Nana antara 15, 25, 40 ribu per hari. Nana mengatakan kalau dia cemas akan hutang-hutangnya. Contoh, setelah hari ini lunas, Nana cemas untuk bayar lagi kesokkan harinya.

Selesai proses interview dengan Nana dilakukan, aku memberikan penjelasan mengenai teori hipnosis dan menekankan Nana kalau dia dalam keadaan sadar, rileks dan fokus. Aku meminta kerjasama Nana untuk bersama mengatasi rasa cemas berlebihan ini.

Selanjutnya, aku melakukan regresi memori ke waktu pertama kali Nana merasakan emosi cemas berlebih ini. Aku menggali data pada pikiran bawah sadar Nana.

Akar Masalah

Nana mundur ke usia 30 tahun, kemudian mundur lagi ke usia 17 tahun. Di usia 17 tahun inilah perasaan ini pertama kali muncul.

Pada waktu Nana berumur 17 tahun, Nana berada di depan kelas dihadapan teman-temannya. Saat itu Nana sebagai ketua kelas dan ketua acara pentas seni diingatkan oleh wali kelas untuk meminta partisipasi dari teman-teman sekelas. Namun, tidak ada satupun temannya yang mau ikut berpartisipasi. Akhirnya, Nana melempar botol air mineral dan membenturkan kepalanya di tembok kelas.

Sebagai terapis aku membimbing Nana merekonstruksi pikiran bawah sadarnya untuk mengatasi emosi berlebihan pada saat itu dengan menggunakan dual layer. Protokol dual layer beserta teknik rewriting history ini sudah diajarkan di kelas. Bagian “sutradara” dalam diriku berfungsi aktif pada saat terapi. Memori Nana tetap ada, namun emosi yang menyertai kejadian sudah kami rekonstruksi bersama.

Setelah rekonstruksi dilakukan, uji coba hasil terapi dilakukan. Hasilnya: Nana merasa tenang akan hutang-hutang yang ada, tidak cemas dan bersikap optimis melunasi semua hutangnya.

Aku merasa puas, bersyukur dan bahagia telah bekerja sama dengan Nana mengatasi rasa cemasnya dalam 1 sesi.

Seperti biasa, setelah terapi aku butuh asupan energi bergizi… Makan.

Note: Hubungi aku ketika kalian, keluarga atau teman kalian memiliki emosi berlebihan: cemas, takut, dendam, malu, tidak percaya diri, benci, terabaikan, tidak berharga dan segala jenis phobia.

Love,

Susiana Samsoedin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *