Anak Gadisku

Aku bersyukur banget punya anak gadis. Umurnya hampir 17 tahun.

Dahulu Dia

Dulu, waktu dia masih kurang dari 5 tahun, aku suka bacain dia buku cerita.

Dulu, aku sering bacain dia buku cerita sambil makan atau sebelum tidur. Dia suka banget dengan buku-buku bergambar. Masa-masa itu ga akan pernah aku lupain.

Dulu juga ada kenalanku yang udah aku anggap sebagai kakaknya anakku, tinggal di rumah jagain anakku sampai anakku SMP. Aku ga akan pernah lupain dia.

Sekarang Dia

Sekarang-sekarang ini, anakku suka banget sama kosmetik. Iyaa.. anakku demen make up.

Ke mall make up, ke sekolah make up. Kemana pun, dia pergi pasti dia make up an dulu. Setiap bulan, ada aja make up yang dia beli karena habis atau dia mau mencoba make up merk baru.

Aku sebagai mamanya temenin dia cari kosmetik. Kami pakai make up remover, sun screen dan bedak yang sama. Dulu waktu aku seumuran dia, aku ga kaya anakku. Aku cenderung cuek dan ga peduli bedakan.

Di tambah lagi, aku sering anterin dia ketemu temannya atau buat tugas keluar rumah. Contohnya, waktu itu aku temenin dia ke Senayan Spark bikin tugas photography tentang pemandangan Jakarta waktu malam. Setelah itu, kita berdua cari makan dan nonton live band bareng di cafe yang isinya anak muda.

Aku juga kenal dengan teman-teman anakku. Dia suka cerita tentang teman-temannya dan apa yang terjadi di sekolahnya.

Sekarang Aku

Seiring berjalannya waktu, aku jadi mikir. Jadi mama yang punya anak perempuan usia teenager itu ga gampang.

Anakku pernah minta aku diam aja ga komentar ketika dia cerita masalah dia. Aku ikutin. Mungkin dia hanya ingin didengar.

Dari situ aku sadar, aku akan berikan pendapatku ketika diminta. Aku akan berikan pendapat dengan menggunakan kalimat , “Saran mami …” dan saran yang diberikan juga tanpa penghakiman.

Tugas ku hanya membimbing dia. Sementara keputusan untuk jalani hidup dia ya… ada di tangan dia.

To Lala: Love you to the Moon and Back.