May 2023,  My Learning Journey

What Freedoom Is

Pernah merasa judgemental terhadap diri sendiri? Aku pernah. Kok aku melakukan perbuatan ini ya? Kok aku begini… begitu?

Sementara, pernah juga seorang teman merasakan kalau dia sering dihakimi keluarga sendiri. Sering banget orang tuanya menghakimi apa yang dia lakukan. Keluarganya menilai kalau dia ga kompeten. .Judgement dari orang lain membuat dia stress.

Kapan ya dunia bebas dari sikap judgemental? Seandainya semua orang ga judgemental, hanya mengamati, bebas, apakah mungkin ga ada perang? Seperti apa sih kebebasan sejati itu?

Kebebasan

Presiden Amerika Serikat ke-32, Franklin Roosevelt, dalam Annual Message to Congress (State of Union Address) tahun 1941 menggolongkan kebebasan dalam empat hal:

  1. Bebas berbicara.
  2. Bebas memuliakan Tuhan dengan caranya masing-masing.
  3. Bebas dari kekurangan, adanya: economic understanding, kesehatan dan kedamaian hidup bagi semua orang.
  4. Bebas dari ketakutan.

Sedangkan, menurut pandangan Buddhist, kebebasan adalah:

  1. bebas dari belenggu diri sendiri (keakuan, hawa nafsu, kebencian, niat jahat, kesombongan).
  2. bebas dari penderitaan.
  3. bebas untuk mencapai pencerahan.

Lebih lanjut, kebebasan menurut Katekismus gereja Katolik nomor 1731 merupakan kemampuan yang berakar dalam akal budi dan kehendak untuk bertindak atau tidak bertindak, melakukan ini atau itu supaya diri sendiri melakukan perbuatannya dengan sadar. Selanjutnya, kebebasan sempurna adalah kebebasan yang arahnya menuju ke Allah.

Kebebasan Sejati

Sebagai poin akhir, sejujurnya menurutku kebebasan sejati merupakan keadaan dimana orang bebas berekspresi serta melakukan apa yang diinginkan tanpa merugikan dan tanpa dihakimi orang lain. Amati, pahami dan dengar saja. Sehingga pada akhirnya,

Kebiasaan mengamati, memahami dan mendengar tanpa menghakimi menghasilkan kebebasan sejati.

– Susiana Samsoedin –

18 Mei 2023

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *